Kamis, 18 Juli 2013

laporan praktikum kimia XI ipa


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Kelompok 4:
Dewitasari
Helena viveca
Sielfani Octavia
A.Thomas
Toni sion

A.PRAKTIKUM KIMIA LARUTAN UREA
       I.            TUJUAN PRAKTIKUM :  membuat  larutan urea    CO(NH2)2  0,2 M sebanyak 100 ml dari larutan urea CO(NH2)2
    II.            TEORI  DASAR:  menghitung larutan pekat menggunakan rumus  pengenceran  (M1. V1 = M2.V2)
 III.            ALAT DAN BAHAN:
1.     ALAT : - alat timbang
-Spatula
-Gelas ukur
-Labu ukur
-Corong

2.     BAHAN : - air
-Larutan zat urea

IV.            PROSEDUR KERJA:
1.     Hitung volume larutan UREA dengan rumus pengenceran (M1.VI = M2.V2)
2.     Mengukur volume larutan UREA dengan gelas ukur 1
3.     Masukkan air ke dalam labu ukur 2,sebanyak volume larutan
4.     Masukkan larutan urea ke dalam labu 2 yang telah berisi air sebelumnya
5.     Lakukan pembilasan, hasil bilasan dimasukkan ke dalam labu ukur, pembilasan  minimal 3x sampai volume larutan segaris dengan tanda pada labu ukur
(catatan: ketika 2cm sebelum tanda batas pembilasan di hentikan)




   V.            DATA PENGAMATAN:
Larutan  UREA  CO(NH2)2  0,2 M  sebanyak  100 ml dari larutan urea 2 M:
M1 . V1 = M2 . V2
0,2 .100 = 2 . V2
          20 = 2 V2
V2= 10


VI. KESIMPULAN:
Zat asal larutan pekat yaitu larutan UREA  CO(NH2)2 0,2 M sebanyak 100 ml dari larutan urea 2 M menghasilkan V2 = 10 ml dari rumus pengenceran

Rabu, 17 Juli 2013

materi kimia XII-IPA semester 1



materi kimia kelas XII
Konsentrasi Larutan
Konsetrasi Larutan
Konsetrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut.
  • Konsentrasi : jumlah zat tiap satuan volum (besaran intensif)
  • Larutan encer : jumlah zat terlarut sangat sedikit
  • Larutan pekat : jumlah zat terlarut sangat banyak
  • Cara menyatakan konsentrasi: molar, molal, persen, fraksi mol, bagian per sejuta (ppm), dll
Molaritas (M)
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Rumus Molaritas adalah :

Contoh :
Berapakah molaritas 0.4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 250 mL larutan ?
Jawab :
Normalitas (N)
Normalitas merupakan jumlah mol-ekivalen zat terlarut per liter larutan. Terdapat hubungan antara Normalitas dengan Molaritas, yaitu :

Mol-ekivalen :
  • Asam/basa: jumlah mol proton/OH- yang diperlukan untuk menetralisir suatu asam / basa.
Contoh :
1 mol Ca(OH)2 akan dinetralisir oleh 2 mol proton;
1 mol Ca(OH)2 setara dengan 1 mol-ekivalen; Ca(OH)2 1M = Ca(OH)2 2N
  • Redoks : jumlah mol elektron yang dibutuhkan untuk mengoksidasi atau mereduksi suatu unsur
Contoh :
1 mol Fe+3 membutuhkan 3 mol elektron untuk menjadi Fe;
1 mol Fe+3 setara dengan 3 mol-ekivalen;
Fe+3 1 M = Fe+3 3 N atau Fe2O3 6 N
Molalitas (m)
Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
Rumus Molalitas adalah :
Contoh :
Berapa molalitas 4 gram NaOH (Mr=40) dalam 500 gram air?
Jawab :
molalitas NaOH
= (4/40)/500 g air
= (0.1 x 2 mol)/1000 g air
= 0,2 m
Fraksi Mol (X)
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumlah mol suatu komponen dengan jumlah total seluruh komponen dalam satu larutan. Fraksi mol total selalu satu. Konsentrasi dalam bentuk ini tidak mempunyai satuan karena merupakan perbandingan.
Contoh :
Suatu larutan terdiri dari 2 mol zat A, 3 mol zat B, dan 5 mol zat C. Hitung fraksi mol masing-masing zat !
Jawab :
XA = 2 / (2+3+5) = 0.2
XB = 3 / (2+3+5) = 0.3
XC = 5 / (2+3+5) = 0.5
XA + XB + XC = 1


Kenaikan Titik Didih
Apabila kita merebus air dalam panci tertutup, maka air tersebut akan mendidih saat tekanan uap dalam panci mencapai 1 atm, oleh sebab itulah merebus air dalam keadaan tertutup lebih cepat mendidih dibandingkan dengan keadaan terbuka.
itu yang difebut dengan titik didih.

apabila kita tambahkan garam didalamnya

T
itik didih larutan lebih tinggi dibandingkan dengan titik didih pelarut murninya. Jadi apabila kita membandingkan titik didih air murni dengan larutan garam maka titik didih larutan garam akan lebih tinggi dibandingkan dengan titik didih air murni.Dari penjelasan hokum Raoult dan tekanan uap larutan kita tahu bahwa adanya zat terlarut yang tidak mudah menguap di dalam suatu pelarut akan menurunkan tekanan uap pelarutnya, akibatnya tekanan uap larutan akan lebih kecil dibandingkan dengan tekanan uap pelarut murninya. Dengan demikian semakin banyak energi yang diperlukan untuk mencapai tekanan uap sebesar 1 atm, sehingga larutan akan memiliki titik didih yang lebih tinggi.Jadi bila di buat kesimpulan adalah sebagai berikut:
Pelarut + zat terlarut non-volatil -> larutan -> tekanan uapnya rendah -> titik didih menjadi lebih tinggi dibandingkan pelarut murni
Dari sini muncul istilah kenaikan titik didih larutan yang dirumuskan sebagai
Dimana ?T adalah kenaikan titik didih, Kb adalah konstanta kenaikan titik didih, m adalah molalitas zat terlarut. Molalitas (m) larutan dicarai dengan menggunakan rumus;

PENURUNAN TITIK BEKU
Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai :
DTf = m . Kf = W/Mr . 1000/p . Kf
dimana:
DTf = penurunan titik beku
m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
W = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
p = massa pelarut
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan sebagai:
Tf = (O -
DTf)oC
TEKANAN OSMOTIK

Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis).
Menurut VAN'T HOFF tekanan osmotik mengikuti hukum gas ideal:
PV = nRT
Karena tekanan osmotik = p , maka :
p = n/V R T = C R T
dimana :
p = tekanan osmotik (atmosfir)
C = konsentrasi larutan (mol/liter= M)
R = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/moloK
T = suhu mutlak (oK)
- Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain
disebut larutan Hipotonis.
-
Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain
disebut larutan Hipertonis.
- Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut
Isotonis.



Sifat Koligatif Larutan

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).
 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN   MATERI KIMIA KELAS XII

Sifat koligatif larutan:

1. Penurunan tekanan uap jenuh
2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmotik
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

Penurunan Tekanan Uap Jenuh – Sifat Koligatif Larutan

Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapanberkurang.
Menurut RAOULT:
p = po . XB
dimana:
p = tekanan uap jenuh larutan
po = tekanan uap jenuh pelarut murni
XB = fraksi mol pelarut
Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi:
P = Po (1 – XA)
P = Po – Po . XA
Po – P = Po . XA
sehingga:
DP = po . XA
dimana:
DP = penunman tekanan uap jenuh pelarut
po = tekanan uap pelarut murni
XA = fraksi mol zat terlarut

KENAIKAN TITIK DIDIH

Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni.
Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan:
DTb = m . Kb
dimana:
DTb = kenaikan titik didih (oC)
m = molalitas larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
Karena : m = (W/Mr) . (1000/p) ; (W menyatakan massa zat terlarut)
Maka kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan sebagai:
DTb = (W/Mr) . (1000/p) . Kb
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai:
Tb = (100 + DTb)oC

PENURUNAN TITIK BEKU

Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai :
DTf = m . Kf = W/Mr . 1000/p . Kf
dimana:
DTf = penurunan titik beku
m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
W = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
p = massa pelarut
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan sebagai:
Tf = (O - DTf)oC
TEKANAN OSMOTIK

Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis).
Menurut VAN’T HOFF tekanan osmotik mengikuti hukum gas ideal:
PV = nRT
Karena tekanan osmotik = p , maka :
p = n/V R T = C R T
dimana :
p = tekanan osmotik (atmosfir)
C = konsentrasi larutan (mol/liter= M)
R = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/moloK
T = suhu mutlak (oK)
- Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain disebut larutan Hipotonis.
-
Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain disebut larutan Hipertonis.
- Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut Isotonis.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama
Contoh:
Larutan 0.5 molal glukosa dibandingkan dengan iarutan 0.5 molal garam dapur.
- Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel (konsentrasinya) tetap, yaitu 0.5 molal.
- Untuk larutan garam dapur: NaCl(aq) –> Na+ (aq) + Cl- (aq) karena terurai menjadi 2 ion, maka konsentrasi partikelnya menjadi 2 kali semula = 1.0 molal.
Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion adalah derajat ionisasi.
Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai:
a = jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula-mula
Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan untuk elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0 < a <>
Atas dasar kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam perumusan sifat koligatifnya.
1. Untuk Kenaikan Titik Didih dinyatakan sebagai:
DTb = m . Kb [1 + a(n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kb [1+ a(n-1)]
n menyatakan jumlah ion dari larutan elektrolitnya.
2. Untuk Penurunan Titik Beku dinyatakan sebagai:
DTf = m . Kf [1 + a(n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kf [1+ a(n-1)]
3. Untuk Tekanan Osmotik dinyatakan sebagai:
p = C R T [1+ a(n-1)]

Selasa, 16 Juli 2013

CONTOH PRAKTIKUM KIMIA XI-IPA




Membuat larutan zat asal dari larutan pekat




  a)  Buatlah larutan NaOH sebanyak 500 ml (zat padat) 

 I-Tujuan Praktikum   Setelah melakukan percobaan ini, siswa mampu : 
   
    1. Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dari zat asal daripada zat.    
    2. Membuat larutan dengan cara yang tepat dan benar.  
    3. Menggunakan peralatan dengan tepat dan benar.    
    4. Dapat menghitung massa zat padat tersebut dengan tepat dan benar.

 II. Teori Dasar  :

   Unsur merupakan zat-zat yang tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang lebih                                           sederhana oleh  reaksi kimia biasa.     Pembuatan larutan dengan berbagai konsentrasi d an   pengenceran.   Larutan adalah     campuran serba sama antara komponen zat terlarut dan komponen pelarut.     Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah tekanan dan     suhu.    Larutan dapat dibuat dari zat asalnya, yaitu :  A. Padatan           Jumlah zat terlarut (solut) yang dibutuhkan = M x V x BM          M = Molaritas larutan, mol/liter,V = Volume larutan, liter,BM = Berat molekul zat, gr/mol

 III. Alat dan Bahan 
  
    Alat yang digunakan :

   1. Alat timbangan      
   2. Spatula    
   3. Labu ukur    
   4. Gelas ukur    
   5. Gelas beker kecil         

  Bahan yang digunakan :     
  1. Air      
  2. larutan zat padat (NaOH)
  3. Air aquades





  IV. Prosedur kerja :    
    1. Hitung massa zat padat yang diperlukan.                                                                                 .         2 .menimbang/ mengukur massa zat padat
    3. Melarutkan zat padat dengan air sebanyak 1/3 volume larutan (120 ml) diaduk                         dengan menggunakan spatula.
    4. Memasukkan larutan no 3 ke dalam labu ukur dengan ukuran yang sesuai.    
    5. Membilas larutan no 3 dengan air hasil bilasan dimasukkan ke dalam larutan lalu ukur        bilas sebanyak minimal 3 kali sampai volume larutan segaris dengan tanda pada                    labu   ukur. m = 20gr, Mr NaOH = 40, 1 mol = 500 ml         
Catatan : 2 cm sebelum tanda batas harus dihentikan. 



 V. Data Pengamatan (waktu)    Pengamatan dilakukan pada waktu pelajaran kimia berlangsung di laboratorium dengan    kelompok saya : Dewita sari,Helena viveca,Sielfani oktavia,A.thomas,Toni sion  Setelah kami melakukan pengamatan maka terjadilah perubahan konsentrasi pada zat     tersebut.

 VI. Kesimpulan    


 b) Membuat larutan didasarkan pada zat asal daripada larutan pekat. Buatlah larutan H2SO4 2M sebanyak 250 ml

 I. Tujuan Praktikum  

Setelah melakukan percobaan ini, siswa mampu :    
   1. Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dari zat asal daripada larutan pekat    
   2. Membuat larutan dengan cara yang tepat dan benar.    
   3. Menggunakan peralatan dengan tepat dan benar.    
   4. Dapat menghitung konsentrasi larutan pekat.    
   5. Dapat menghitung volume larutan pekat yang diperlukan.

 II. Teori Dasar   
    Larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah                    zat     terlarut, sedangkan solven adalah medium dalam mana solven terlarut. Kelarutan zat     padat dan cairan tidak terpengaruh oleh tekanan.Jika larutan yang dibuat dari zat asalnya cairan,umumnya senyawa asam,basa,organik, maka volume zat yang dibutuhkan ditentukan dari persamaan : M1 V1  =  M2 V2 


 III. Alat dan Bahan     

 Alat yang digunakan :     
  1. Alat timbangan     
  2. Labu ukur   
  3. Gelas ukur    

 Bahan yang digunakan :     
1.     Larutan H2SO4   
2.    Air
 IV. Prosedur kerja    
1.     Hitung konsentrasi larutan pekat.   
  2. Hitung volume larutan pekat yang diperlukan dengan cara menggunakan rumus                 pengenceran :  M1 V1 =  M2 V2     
  3. Mengukur volume larutan pekat dengan gelas ukur yang sesuai.    
  4. Memasukkan air ke dalam labu ukur yang sesuai, airnya sebanyak 1/3 volume larutan          (90 ml dikira-kira).          
  5. Masukkan ke dalam labu ukur yang ada, air larutan pekat yang sudah diukur.   
  6. Lakukan pembilasan minimal 3 kali.
      
 Catatan : 1 ml = 20 tetes,2,75 ml = 55 tetes,Harus air dulu yang dituang.

V. Data pengamatan (waktu)    

 Pengamatan dilakukan pada waktu pelajaran kimia berlangsung di laboratorium dengan     kelompok saya yakni: dewita sari,Helena viveca,sielfani oktavia,A.thomas,toni sion Serta mengamati hasil perubahan dari larutan tersebut. 
   
Contoh soal :   
 1.Buatlah larutan asam sulfat 2 M sebanyak 250 ml dari asam sulfat pekat yang  mengandung     98 % massa H2SO4. Massa jenis larutan 1,8 kg/L? 
  
 Jawaban : 
1.     M larutan pekat = % x mj x 10 :  Mr  =  98 x 1,8 x 10 : 98 = 18 M    
2.    2. M1 V1 =  M2 V2      18  V1  =   2  250            18 V1 =    500                                                       V1 = 500 : 18 = 27,78 ml